Pages

Rabu, 20 Juli 2011

Tuhan, Bantu Aku Mengendalikan Diri`

Aku hanya bisa menghela napas berat. Lagi-lagi aku gagal mengendalikan emosi yang bergejolak dalam diriku. Saat merasa kesal dengan seseorang, emosiku bisa jadi meluap-luap, dan segala sumpah serapah bisa aku ucapkan. Kau tahu? Mampu mengendalikan emosi, sudah sedari aku duduk di bangku sekolah menengah pertama menjadi list teratas untuk aku wujudkan. Tapi hingga kini, saat aku tak perlu lagi menggunakan seragam rapi, lengkap dengan dasi dan sabuk, aku belum mampu juga mengendalikan emosiku.

Hah...yang s'lalu aku sesalkan ialah kata-kata kasar yang aku ucapkan jika emosiku telah terpancing. Berbagai macam julukan nan kreatif mampu aku ciptakan tanpa perlu aku pikirkan. Hebat bukan? Aku seakan lupa diri dan tak memikirkan baik buruk dari ucapanku.

Mengapa? Mengapa emosiku begitu mudah tersulut? Mungkin memang aku bukan bertindak dengan kekerasan. Tapi, kata-kata juga bisa lebih mematikan dari pada pisau yang telah di asah, bukan? Tuhan...bantu, bantu aku mengendalikan diri. Tetaplah berada di sisiku saat hal-hal yang akan melemahkanku berdatangan. Kuatkan aku. Bantu aku untuk mengubah sifatku yang mungkin suatu saat, dapat melukai orang terdekatku.

Ujung Pelangi
20 Juli 2011

Ku Gantungkan Namanya Pada-Mu

Ada apa denganku?
Bisa-bisanya aku tak henti memikirkan lelaki itu.
Memangnya siapa dia?
Padahal aku mengenal dia secara tak sengaja, karena sebuah acara yang diadakan oleh kampusku dan yang kebetulan, setelah kegiatan itu, kami diberi kesempatan untuk bertemu kembali, sekali lagi. Hanya karena dua kali pertemuan itu, hingga sekarang dia tak henti berkeliaran di dalam batok kepalaku ini.

Aku akui, sebelumnya aku tak pernah merasakan perasaan sedemikian gila ini pada lelaki manapun. Aku menikmatinya. Perasaan deg-degan, tak karuan, bingung, semuanya! Tapi pada saat yang bersamaan pula, aku mengutuki perasaan ini.

Bagaimana tidak?

Dia terkadang membuatku lupa untuk memuji Tuhanku sendiri karena aku yang tak henti-hentinya memuji dirinya. Padahal, tak ada satu pun yang patut di puji oleh manusia, terutama seorang muslim selain Tuhannya, Allah swt, dan baginda Nabi besar Muhammad saw., bukan? Tapi mengapa selalu dia? Senyumnya, kebaikannya, keramahannya...ah, lihatlah...bahkan aku masih saja memujinya di saat aku seharusnya mengoreksi diri.

Aku juga selalu mencemaskan dirinya. Apakah dia sudah begini, sudahkah ia melakukan itu. Padahal seharusnya, aku lebih mencemaskan diriku sendiri yang sering melupakan keperluan diriku sendiri. Dia terlalu sering membuatku lupa daratan!

Ya Allah, mengapa sulit sekali mengendalikan hati ini?
Terkadang aku serasa ingin menangis jika mengingat harus berpisah dengannya. Padahal, hey...jauh lebih baik aku menangisi dosa-dosa yang selama ini aku perbuat dan berusaha mengubah diri menjadi yang lebih baik lagi. Bukan menangisi hal 'sepele' seperti ini.

Ya Allah, sungguh aku tahu, segala hal, perasaan yang aku rasakan saat ini semua karena kehendak-Mu. Tapi sungguh, bagaimanapun perasaan ini mengacaukanku, tolong lindungi aku. Jangan buat aku lupa akan diri-Mu karena terlalu sibuk memikirkannya. Biarkan perasaan ini menjadi perasaan yang suci, perasaan yang begitu Engkau ridhoi. Ku gantungkan namanya pada-Mu, agar kelak semoga ia menjadi orang yang halal bagiku. Dan...sebait doa untuk dirinya aku lafaz kan dalam setiap sujudku.

Ujung Pelangi
20 Juli 2011

Selasa, 07 Juni 2011

Pertarungan Aku dan Hati

Aku: Ya Allah...apaan ini! Aku sudah segila ini mengerjakannya, yang selesai baru satu? Baru satu dari tujuh tugas?

Hati: Ya dikerjain lah...

Aku: GAK BISA!! Apaan nih?! Aku tidak mengerti dengan tugasnya! Susah!

Hati: Susah bukan berarti tidak bisa, bukan??

Aku: Ya tetap saja! Tugas-tugas ini sudah mengacaukan sistem kerja otakku, menguras habis tenagaku!

Hati: ...

Aku: Huuaaa...aku ingin menangis melihat tumpukan tugas-tugas ini...

Hati: Tugas-tugas ini untuk kau selesaikan, bukan kau tangisi...

Aku: Kau gampang berbicara seperti itu!! Kau tidak tau penderitaanku!

Hati: Heii...aku juga merasakan 'penderitaanmu' itu! Karena aku adalah bagian dari dirimu. Saat dirimu merasa lelah, aku juga akan merasa lelah, bahkan jauh lebih merasa letih...Lagi pula, tugas ini bukan hanya dirimu yang mendapatkannya, kan?? Teman-temanmu juga mendapatkan tugas yang sama 'berat'nya denganmu...

Aku: Memang! Tapi mengapa mereka bisa lebih lancar mengerjakannya?? Sedangkan aku? Aku harus menguras otak dan tenagaku berkali lipat dari pada mereka...

Hati: Karena mereka mau mencoba...

Aku: AKU JUGA MENCOBANYA!!

Hati: ...

Aku: Apa yang salah dengan diriku?

Hati: Sebenarnya tidak ada yang salah denganmu. Hanya saja, kau terlalu menganggap tugas-tugasmu sebagai 'beban'. Cobalah anggap tugasmu ini sebagai hal yang begitu kau senangi. Maka dengan begitu, kau akan jauh lebih menghargainya.

Aku: ...

Hati: Mari ku beri tahu kau satu hal. Seperti halnya lubang kecil di tanah yang dibuat oleh semut. Lubang itu sangat kecil. Bisakah kau melihat semut yang membuatnya? Tidak. Kecuali kau melihatnya dengan amat teliti atau menggunakan alat yang bisa merefleksikan ukuran semut itu menjadi lebih besar. Tapi kita tau, semut itu ada.

Aku: ...

Hati: Begitu halnya dengan dirimu saat ini. Kau menganggap semua tugas-tugasmu ini sulit, tak bisa kau kerjakan. Sadarkah kau bahwa itu semua kau sendiri yang membuatnya?! Kau yang telah men-doktrin dirimu sendiri bahwa tugas ini sulit dan tak akan mampu kau kerjakan. Maka dirimu akan bereaksi terhadap doktrin yang ada pada kepalamu itu. Itu lah semutnya. Semutnya ada disini. Ada di dirimu sendiri...

Aku: Tapi...

Hati: Nah kan? Kau berusaha menyanggahnya?! Itu lah penyebab hancurnya semangat dirimu...Kau tak pernah mengikuti nuranimu. Kau terlalu senang hidup dalam dunia yang telah diciptakan oleh otakmu. Kau tak pernah mampu menghapus doktrin itu...

Aku: ...

***

Itu lah yang selalu terjadi pada diri kita. Kita selalu tidak sadar dengan apa yang nurani kita katakan.Kita sudah terlanjur senang hidup pada dunia yang telah di doktrin oleh otak kita. Padahal kita semua tau, hati kita selalu menuntun kita pada jalan yang benar untuk hidup. Hal sederhana, tapi memiliki pengaruh yang luar biasa...

Patah Hati

Setetes demi setetes air mata alam mulai turun membasahi bumi. Gerimis. Aku harap hujan akan datang. Sungguh suasana seperti ini yang aku harapkan. Aku melirik jam bulat bergambar doraemon yang tergantung pada dinding kamarku. Ah...cepatlah. Aku sangat membutuhkannya.

Tetes-tetes air diluar sana mulai membesar dan akhirnya benar-benar menghujani bumi. Aku mulai melangkah keluar dari kamarku dan menuju ke halaman rumahku. Saat melewati ruang keluarga, aku tidak menemukan siapa-siapa. Sepi. Memang beginilah selalu. Orangtuaku baru pulang bekerja pukul lima sore nanti. Sedangkan kakakku satu-satunya, dia sedang melanjutkan study-nya di luar kota. Jadilah aku lebih sering tinggal sendiri dirumah. Tapi percayalah, aku bukan type anak yang kekurangan kasih sayang orangtua.

Klek!

Aku membuka pintu depan rumahku. Dengan matap aku melangkahkan kakiku keluar rumah. Saat aku berada tepat di halaman rumahku, aku berhenti. Aku memjamkan kedua mataku dan merentangkan tanganku. Aku mencoba menikamati sensasi sejuk yang diberikan olah alam ini. Perlahan-lahan, bersama jutaan tetes air hujan yang mulai membasahi tubuhku, menetes pula air dari kedua mataku yang terpejam. Ya, aku menangis bersama alam. Karena saat ini, untuk pertama kalinya aku merasakan apa yang mereka sebut...patah hati.

Untuk beberapa saat aku bertahan pada posisi seperti ini. Menikmati tetes-tetes air yang menerpa wajahku dan menyamarkan air mataku. Beginilah s'lalu. Setiap kali aku ingin menangis, aku s'lalu menanti datangnya hujan. Karena aku tak tak ingin ada seorang pun yang melihat air mataku. Biarlah orang menganggapku kekanakan, yang masih suka bermain hujan. Tak masalah. Walaupun aku sering tinggal sendiri, tapi aku tetap tidak pernah menangis sendiri di kamarku. Tak ada yang boleh melihat air mataku. Meskipun hanya dinding kamar yang tak pernah tergerak masa.


Aku mulai 'menari' bersama hujan dengan air mata yang tetap mengalir deras dari mataku. Bayang-bayang kejadian tadi siang di sekolah kembali menghampiri. Sewaktu 'ia' datang dengan senyum terkembang di wajahnya setelah hampir setengah jam aku meanantinya di kantin. Pada saat ia berada tepat di hadapanku, ia langsung memlukku erat dan membisikkan kepadaku betapa bahagianya ia. Aku hanya tersenyum bingung dalam pelukannya.

"Aku bahagia! Sangat bahagia! Akhirnya, aku bisa menjadikan Arin sebagai kekasihku! "

Kekasihku! Kekasihku!

Kata itu terus terulang dan menggema di kepalaku. Aku tidak kuat, sungguh tidak kuat menahan siksaan batin ini! Tuhan...mengapa terasa begitu sulit? Selalu seperti inikah orang-orang yang sedang patah hati? Sulit bernapas, rasa sesak tak tertahankan, dan...menyakitkan? Tuhan..bisakah aku bertahan?

Aku jatuh terduduk. Aku ingin menangis sepuasnya. Menangis sepuasnya bersama alam yang sepertinya turut merasakan kehancuran hatiku, Ku harap kepedihan ini dapat tersapukan bersama setiap aliran air yang jatuh dari tubuhku. Walaupun...itu sangat tidak mungkin...


Ujung Pelangi

7 Juni 2011

Setetes demi setetes air mata alam mulai turun membasahi bumi. Gerimis. Aku harap hujan akan datang. Sungguh suasana seperti ini yang aku harapkan. Aku melirik jam bulat bergambar doraemon yang tergantung pada dinding kamarku. Ah...cepatlah. Aku sangat membutuhkannya.

Tetes-tetes air diluar sana mulai membesar dan akhirnya benar-benar menghujani bumi. Aku mulai melangkah keluar dari kamarku dan menuju ke halaman rumahku. Saat melewati ruang keluarga, aku tidak menemukan siapa-siapa. Sepi. Memang beginilah selalu. Orangtuaku baru pulang bekerja pukul lima sore nanti. Sedangkan kakakku satu-satunya, dia sedang melanjutkan study-nya di luar kota. Jadilah aku lebih sering tinggal sendiri dirumah. Tapi percayalah, aku bukan type anak yang kekurangan kasih sayang orangtua.

Klek!

Aku membuka pintu depan rumahku. Dengan matap aku melangkahkan kakiku keluar rumah. Saat aku berada tepat di halaman rumahku, aku berhenti. Aku memjamkan kedua mataku dan merentangkan tanganku. Aku mencoba menikamati sensasi sejuk yang diberikan olah alam ini. Perlahan-lahan, bersama jutaan tetes air hujan yang mulai membasahi tubuhku, menetes pula air dari kedua mataku yang terpejam. Ya, aku menangis bersama alam. Karena saat ini, untuk pertama kalinya aku merasakan apa yang mereka sebut...patah hati.

Untuk beberapa saat aku bertahan pada posisi seperti ini. Menikmati tetes-tetes air yang menerpa wajahku dan menyamarkan air mataku. Beginilah s'lalu. Setiap kali aku ingin menangis, aku s'lalu menanti datangnya hujan. Karena aku tak tak ingin ada seorang pun yang melihat air mataku. Biarlah orang menganggapku kekanakan, yang masih suka bermain hujan. Tak masalah. Walaupun aku sering tinggal sendiri, tapi aku tetap tidak pernah menangis sendiri di kamarku. Tak ada yang boleh melihat air mataku. Meskipun hanya dinding kamar yang tak pernah tergerak masa.


Aku mulai 'menari' bersama hujan dengan air mata yang tetap mengalir deras dari mataku. Bayang-bayang kejadian tadi siang di sekolah kembali menghampiri. Sewaktu 'ia' datang dengan senyum terkembang di wajahnya setelah hampir setengah jam aku meanantinya di kantin. Pada saat ia berada tepat di hadapanku, ia langsung memlukku erat dan membisikkan kepadaku betapa bahagianya ia. Aku hanya tersenyum bingung dalam pelukannya.

"Aku bahagia! Sangat bahagia! Akhirnya, aku bisa menjadikan Arin sebagai kekasihku! "

Kekasihku! Kekasihku!

Kata itu terus terulang dan menggema di kepalaku. Aku tidak kuat, sungguh tidak kuat menahan siksaan batin ini! Tuhan...mengapa terasa begitu sulit? Selalu seperti inikah orang-orang yang sedang patah hati? Sulit bernapas, rasa sesak tak tertahankan, dan...menyakitkan? Tuhan..bisakah aku bertahan?

Aku jatuh terduduk. Aku ingin menangis sepuasnya. Menangis sepuasnya bersama alam yang sepertinya turut merasakan kehancuran hatiku, Ku harap kepedihan ini dapat tersapukan bersama setiap aliran air yang jatuh dari tubuhku. Walaupun...itu sangat tidak mungkin...


Ujung Pelangi

7 Juni 2011

Jumat, 01 April 2011

Sejarah Doraemon


Doraemon (ドラえもん), berasal dari kata “dora-nekoâ€� yang berarti “kucing tersesatâ€�, sementara akhiran -emon merupakan suatu akhiran nama yang umum di Jepang, adalah judul sebuah manga populer yang dikarang Fujiko F. Fujio (藤子・F・不二雄) sejak tahun 1969 dan berkisah tentang kehidupan seorang anak pemalas kelas 5 SD yang bernama Nobi Nobita (野比のび太) yang didatangi oleh sebuah robot kucing bernama Doraemon yang datang dari abad ke-22. Dia dikirim untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya daripada harus menderita dari utang finansial — yang akan terjadi di masa depan — yang disebabkan karena kebodohan Nobita. Pada bulan Desember 1969, manga Doraemon terbit berkesinambungan dalam 6 judul majalah bulanan anak. Majalah-majalah tersebut adalah majalah Yoiko (anak baik), Yōchien (taman kanak-kanak), Shogaku Ichinensei (kelas 1 SD), Shogaku Yonnensei (kelas 4 SD), dan sejak 1973 majalah Shogaku Gogensei (kelas 5 SD) dan Shogaku Rokunensei (kelas 6 SD). Cerita yang terkandung dalam majalah-majalah itu berbeda-beda, yang berarti pengarang cerita ini harus menulis lebih dari 6 cerita setiap bulannya. Pada tahun 1979, CoroCoro Comic diluncurkan sebagai majalah Doraemon. Sejak pertama kali muncul pada tahun 1969, cerita Doraemon telah dikumpulkan dan dibagi ke dalam 45 buku yang dipublikasikan sejak tahun 1974 sampai 1996, dan telah terjual lebih dari 80 juta buku pada tahun 1992. Sebagai tambahan, pada tahun 2005, Shōgakukan menerbitkan sebuah serial tambahan sejumlah 5 jilid dengan judul Doraemon+ (Doraemon Plus), dengan cerita yang berbeda dari 45 volume aslinya. Doraemon dikirim kembali ke masa Nobita hidup oleh cicit Nobita, Sewashi, untuk memperbaiki kehidupan Nobita agar keturunannya merasakan kehidupan yang lebih baik. Dalam kehidupan aslinya (tanpa dibantu Doraemon), Nobita gagal dalam pelajaran sekolahnya, gagal dalam karier, dan meninggalkan keluarganya dengan masalah finansial. Cerita terfokus tentang kehidupan sehari-hari Nobita, tokoh utama cerita ini. Doraemon memiliki sebuah kantung 4 dimensi yang ia isi dengan benda-benda dari masa depan. Seringkali Nobita datang merengek-rengek karena masalah di sekolah atau di lingkungannya, setelah memohon atau memaksa, Doraemon akan mengeluarkan sebuah alat yang membantu Nobita menyelesaikan masalah, membalas dendam, atau hanya sekedar pamer ke teman-temannya. Bagaimanapun, Nobita biasanya bertindak terlalu jauh, mengacuhkan saran atau perintah Doraemon, dan mengakibatkannya terjerumus ke masalah yang lebih dalam. Terkadang, teman Nobita (biasanya Suneo atau Giant) mencuri alat tersebut dan berakhir dalam kekacauan karena salah menggunakannya. Tentang Doraemon DORAEMON adalah sebuah robot kucing yg dibuat pada tanggal 3 September 2112.Produksi massal berbagai macam tipe robot terjadi pd abad ke 22. Di sebuah pabrik yg tdk jauh dari Tokyo, diproduksilah robot-robot kucing. Karena sebuah kecelakaan, DORAEMON kurang 1 sekrup dibanding robot kucing lainnya & menjadi barang kelas dua. Selama proses produksi, kesalahan terjadi pd salah satu robot Walau DORAEMON tidak begitu baik dlm study-nya, Robot ini lalu dikirim ke Akademi Robot utk dilatih sebagai robot rumah tangga. Dia bisa lulus jg pd akhirnya. Tetapi, tdk semuanya berjalan mulus bagi DORAEMON.DORAEMON gagal dlm semua ujiannya. Dan menjadi pengasuh dari keturunan Nobita. Akibatnya, DORAEMON dilelang kpd sebuah keluarga miskin yg terlilit utang, yg tak lain adalah keluarga keturunan Nobi Nobita. Ia keluar dari laci meja milik Nobita, & sejak saat itu ia tinggal bersama NobitaPada suatu hari, saat DORAEMON sedang asyik tidur siang, sebuah robot tikus menggigit kedua daun telinganya. Musibah ini membuat DORAEMON sangat sedih & menangis selama 10 hari.DORAEMON menangis dan terus menangis. Air mata membuat warna aslinya yang kuning terang menjadi luntur…Air matanya menghapus warna tubuhnya. DORAEMON berubah menjadi apa yg kita kenal sekarang : “sebuah robot kucing biru tanpa daun telinga” Tentang Penulis Fujiko F. Fujio sebenarnya merupakan gabungan dari duo mangaka Hiroshi Fujimoto (alm.) (1933-1996) dan Motoo Abiko (1934-?). Meraka mengarang Doraemon sejak 1969, dan dipublikasikan pertama kali tahun 1970. Sejak saat itu, Doraemon menjadi komik paling sukses tidak ahnya di seluruh Jepang, tapi juga di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang komiknya terbit pertama kali dekade 90-an. Masalah muncul pada tahun 1987 ketika duet Fujiko F. Fujio berpisah, dan ending dari Doraemon masih menggantung (sebenarnya diputuskan tidak ada ending untuk Doraemon). Masalah lain dalam kelanjutan proyek Doraemon adalah meninggalnya Hiroshi Fujimoto pada 22 September 1996, sehingga kelanjutan proyeknya terhambat. Untunglah masalah tersebut tidak berlangsung lama. Beberapa tahun kemudian karya-karya baru Doraemon berhasil diluncurkan. Sinopsis Kehidupan awal Doraemon tidak begitu baik. Ia adalah sebuah robot gagal yang dilelang kepada sebuah keluarga miskin yang terlilit utang, yang tak lain adalah keluarga keturunan Nobi Nobita. Doraemon pernah menjalani masa-masa berat: Ia hanya menjadi penjaga bayi setelah gagal melewati ujian di akademi robot, kedua telinganya hancur setelah digigit robot tikus, catnya luntur akibat ulahnya sendiri, dan masih banyak kisah sedih yang ia lalui di tahun pertama kelahirannya. Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo. Misi Doraemon adalah untuk menolong Nobi Nobita (buyut dari Sewashi yang memiliki Doraemon). Nobita adalah seorang anak yang selalu mengalami nasib sial dan tak punya kemampuan apa-apa. Ia bodoh dalam pelajaran sekolah dan tidak bisa berolahraga, Nobita hanya berbakat dalam tembak-menembak,bermain karet, dan tidur; kemampuan yang hampir tak berguna di zaman Jepang modern. Inilah alasan mengapa ia gagal menjalani kehidupannya. Dan Doraemon dikirim dari masa depan untuk menjadikannya seorang pria yang sukses. Sangat ironis, sebuah robot gagal datang membantu seorang anak yang gagal. Tetapi pada kenyataannya, persahabatan kedua anak ini membuat mereka menjadi seseorang yang lebih baik. Doraemon tiba di tahun 1969, pada hari Tahun Baru Jepang. Ia keluar dari laci meja milik Nobita, dan sejak saat itu ia tinggal bersama Nobita, misinya adalah untuk mencegah Nobita menjadi orang gagal. Setiap kali Nobita tertimpa masalah, Doraemon akan segera membantu dengan alat-alat ajaibnya. Kelihatannya misi Doraemon berhasil, karena ketika mereka menjelajah ke masa depan, Nobita melihat dirinya menikah dengan Shizuka, bukan dengan Jaiko. Dia juga melihat keturunannya hidup dalam kondisi yang lebih baik daripada ketika Sewashi mengirim Doraemon dulu; bahkan keturunan Nobi mampu membeli robot yang "tidak gagal", Dorami. Diceritakan dalam manga dan anime, Doraemon dan Nobita saling bekerja sama untuk memperbaiki kehidupan mereka masing-masing. Mereka saling bekerja sama dan tolong-menolong. Banyak juga cerita yang menampilkan kisah keberanian dan kegigihan mereka untuk mempertahankan persahabatan yang sudah mereka jalin.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Doraemon
http://doraemonlietha.blog.friendster.com/2008/09/sejarah-doraemon/
http://www.facebook.com/topic.php?uid=59376583418&topic=12107

Tiranika
Ujung Pelangi, 1 April 2011