Pages

Minggu, 30 Januari 2011

Pedofil. Am I??

Setelah sekian lama, akhirnya saya bisa kembali membuat sebuah tulisan. Kali ini saya akan membahas hal yang mungkin sudah cukup familiar di telinga kita. Sama seperti judulnya. Yak, Pedofil. Kenapa saya memilih membahas masalah ini?

Sebenarnya ini berawal karena teman-teman saya dikampus sering memanggil saya seorang pedofil, hanya karena saya sangat menyukai anak-anak. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan Idola Cilik. Huuuaaa…saya bisa histeris sendiri. Emang sih, kadang saya terlalu berlebihan. Oke, sepertinya saya harus sedikit meralat kata-kata saya barusan. Bukan KADANG lagi, tapi SELALU berlebihan. Saya pernah nangis kejer saat tau, beberapa anak Idola Cilik sudah mempunyai kokasih. Bisa galau seharian, dan bener-bener ngerasain sakit hati. Mungkin ngalahin sakit hati ditinggal kokasih sendiri *yang ini sepertinya lebay*. Tapi kalau soal nangis, itu beneran. Teman kosan saya bisa stress menghadapi kegilaan saya saat patah hati.

Baiklah, berhenti dulu membahas Idola Cilik. Karena saya nggak akan kehabisan cerita kalau sudah membahas anak-anak nan ganteng-cantik, imut, suaranya keren-keren, dan telah membuat saya benar-benar jatuh hati. Terutama Alvin, Rio, Lintar,Obiet, Ozy, Gabriel, Debo, Kiki, Patton, Cakka, Irsyad de le le. Haha…emang yang dikhususkan cowok kok. Wong saya masih normal :p

Oke kembali ke jalur yang benar.

Pedofil. Saya tidak terlalu mengetahui tentang kelainan yang satu ini. Yang saya tau sebatas ‘suka dengan anak kecil’. Suka seperti apa? Sebenarnya sih saya masa bodoh amat mau disebut apa aja, pedofil kek, pecinta bocah-bocah kek, nggak ngurus. Yang penting saya senang, omongan orang belakangan. Tapi karena dorongan dan hasrat ingin mengetahui lebih lanjut tentang kelainan satu ini, maka saya melakukan sebuah ‘riset’ dengan bertanya kepada mbah gugel dan om wiki. Hasil yang saya dapatkan…

Pedofilia (dari bahasa Yunani: paidophilia (παιδοφιλια)—pais (παις, "anak-anak") dan philia (φιλια, "cinta") adalah penyimpangan kepribadian seseorang yang memiliki ketertarikan atau hasrat seksual terhadap anak-anak yang belum memasuki masa remaja. Istilah ini seringkali ditujukan kepada orang-orang dewasa yang memiliki kondisi ini. Kadang istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada pelaku pelanggaran seksual terhadap anak-anak. Orang-orang yang mempunyai kondisi ini disebut pedofil.

Pedofilia sendiri merupakan salah satu dari 9 jenis kelainan seksual parafilia. Beberapa jenis parafilia lain adalah ekshibisionisme, fetihisme, frotteurisme, masokisme seksual, sadismeseksual, veyourisme atau fetihisme transvestik. Parafilia merupakan gangguan seksual yang ditandai oleh fantasi seksual khusus serta desakan dan praktik seksual yang kuat, biasanya berulang kali dan menakutkan bagi seseorang.

Di atas 16 tahun

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mereka yang dapat dikategorikan penderita pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun, baik pria maupun wanita, sedangkan anak yang menjadi korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak prepubertas).

Sementara itu, Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th Edition menyebutkan, diagnosis pedofil dapat ditegakkan dengan tiga kriteria, yakni:

1. Selama masa sedikitnya enam bulan terjadi rangsangan, dorongan yang berulang-ulang untuk melakukan seks dengan anak-anak (umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda).

2. Seseorang berbuat atas dorongan seksual ini atau dorongan ini menimbukan tekanan atau gangguan kepribadian interpersonal.

3. Berusia sedikitnya 16 tahun atau setidaknya lima tahun lebih tua ketimbang anak pada kriteria

Tipe pedofil dapat dibagi menjadi dua, yaitu tipe eksklusif dan noneksklusif. Pedofil eksklusif hanya tertarik pada anak-anak dan tidak merasa terangsang saat melihat orang dewasa atau teman seusianya. Pada beberapa kasus, tipe eksklusif bahkan bisa terangsang hanya dengan berfantasi membayangkan anak-anak di bawah umur. Sementara tipe noneksklusif dapat tertarik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Aktivitas seks yang dilakukan penderita pedofilia bisa bervariasi, mulai dari bersenggama, menelanjangi anak, memamerkan tubuh kepada anak, masturbasi dengan anak hingga penetrasi pada mulut, vagina, atau anus dengan jari, benda asing, atau alat kelamin.

Hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti pedofilia. Namun, pedofilia sering kali menandakan ketidakmampuan berhubungan dengan sesama orang dewasa atau adanya ketakutan wanita untuk menjalin hubungan dengan sesama orang dewasa. Jadi, bisa dikatakan sebagai suatu kompensasi dari penyaluran nafsu seksual yang tidak dapat disalurkan kepada orang dewasa.

Reza Indragiri Amriel, ahli psikologi forensik dari Universitas Bina Nusantara, menyatakan, ada sebuah penelitian yang menunjukkan, empat dari lima pelaku pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak.

"Si pelaku menjelma dari individu kanak-kanak (korban) menjadi individu dewasa (pelaku) yang sama bejatnya akibat timbunan dendam, sakit hati, dan emosi-emosi negatif lainnya yang menumpuk di dalam psikisnya," katanya.

Anak-anak dengan latar belakang keluarga miskin, terutama anak-anak jalanan, sangat rentan menjadi mangsa empuk para pria yang mengidap kelainan seksual ini. Dengan iming-iming uang maupun berbagai pemberian dari sang pelaku, banyak anak terkecoh dan akhirnya jadi korban. Tak jarang korban terpaksa melayani hasrat pelaku karena mendapat ancaman.

Sayangnya, tidak mudah mengenali ciri pelaku pedofilia. Para pedofil berpenampilan biasa saja, bahkan tidak jarang penampilannya lembut, yang membuat anak-anak kecil tidak takut mendekati mereka. Tutur kata dan perilakunya juga disesuaikan dengan kebutuhannya untuk dapat berdekatan, sangat dekat sampai terpuaskan hasrat seksualnya.

Menurut psikolog Leila Budiman (Kompas, 18/1/2004), pelaku pedofilia biasanya adalah orang yang tidak mudah bergaul dengan orang dewasa, agak pemalu, dan sudah lama memerhatikan mangsanya. Ruang geraknya juga tidak terlalu jauh dari korbannya. Oleh karena itu, para orangtua sebaiknya mewaspadai orang dewasa di sekitar lingkungan anak.

Oia, bisa juga mengenali karakter seorang pedofil. Baca aja di

http://www.facebook.com/notes/biro-konsultasi-jendela-jiwa/mengenali-karakter-seorang-pedofil/266831872614

Nah, itulah hasil ‘riset’ yang telah saya lakukan. Mari kita lihat, beberapa hal yang telah saya garis bawahi bahkan saya tebalkan dari penggalan (hmmm…apa ya saya sebut?? Artikel, mungkin??) di atas.

Ketertarikan atau hasrat seksual terhadap anak-anak yang belum memasuki masa remaja.

Ketertarikan. Yah, MUNGKIN saya memang memiliki sedikit ketertarikan terhadap anak-anak itu. Tapi hanya sebatas mengidolakan –yang berlebihan-, tak jadi masalah bukan?? Dan..apa itu?? Hasrat seksual?? Oh tidak, saya tidak pernah memiliki fantasi yang seperti itu.

Penderita pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun, korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak prepubertas).

Yayaya. Kalau yang ini saya akui, memang sedikit pas dengan keadaan saya. Umur saya diatas 16 tahun –tepatnya 18 tahun- dan…’korban’?? -,-a berumur 13 tahun atau lebih muda. Memang, anak-anak Idola Cilik itu umurnya sekitar 13 tahun kebawah.

Orang yang tidak mudah bergaul dengan orang dewasa, agak pemalu, dan sudah lama memerhatikan mangsanya.

Hahaha…kalau yang ini sangat JAUH sekali dari kepribadian saya. Tidak mudah bergaul?? Oh, paling saya hanya di awal perkenalan sedikit ‘malu-malu’. Jika sudah kenal, saya bisa malu-maluin. *ini sebenarnya aib*. Dan saya sangat menolak jika saya disebut tidak mudah ber-g403L.

Agak pemalu?? Kan saya sudah jelasin sebelumnya, saya hanya akan sedikit ‘malu-malu’ saat berkenalan dengan orang baru. Setelahnya…yah gitu deh. Bahkan saya termasuk kategori manusia lebay nan cerewet.

Sudah lama memerhatikan mangsanya?? Hei, emang pemburu gitu merhatiin mangsanya?? Gak kan?? Memang sih, saya sering memerhatikan mereka. Tapi hanya sebatas, yah fans terhadap idolanya, sebatas mengidolakan –yang berlebihan-.

Baiklah, sepertinya hanya itu saja. Sedikit hal tentang pedofil dan hubungannya dengan diri saya. Jadi menurut kalian, apakah saya seorang pedofil?? Saya rasa tidak. Kan saya tidak memiliki ciri-ciri seperti yang diatas itu. Tapi, kalau masih mau dipanggil pedofil sih saya nggak masalah.

Pedofil?? Bodo’!!! :)


haha...piss lov en gahuwwlll.... ;p

0 komentar:

Posting Komentar